Gimana bisa kau melakukan semua
ini dengan mudah? Tidak bisakah kamu peduli sedikit tentang aku? Aku tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk merasa kau hargai dan aku tetap merasakan
keberadaanku untuk kamu. Tapi, tidak sedikkitkah kamu membuang segala pikiran
yang berkecamuk tentang aku sejenaak untuk membuatku merasa tenang dengan
hubungan kita ini?
Apa yang
salah pada jarak sebenarnya? Aku tidak mengatakan semua ini salah sebelumnya.
Karna ku tahu sebelum kita terpisah jarak pun seperti ini. Ya, dengan sikapmu
yang sepenuhnya tidak bisa kudapati di selah-selah menitku. Aku merasakan
gemuruh dengan perasaanku sendiri belakangan ini. Aku tidak tahu apa salahnya
pada kita. Aku merasa sesak dengan sikap-sikapmu. Apa aku sedang dalam keadaan
menstruasi yang sedang datang ini? Sayang, apa kamu tahu semuanya ini tidak
akan baik-baik saja. Sampai kapan kita bertahan?
Sejauh ini,
aku hanya belajar menjadi orang dewasa. Dimana mereka selalu bersikap apa
adanya mereka dengan tidak menyerukan segala keluh kesahnya pada lelaki yang
dipercayainya saat itu. Bagaimana bisa aku merubah itu sejauh ini, kamu bilang
hanya aku adalah orang yang berubah tidak seperti dulu. Bukankah dulunya
aku adalah orang yang sangat kamu benci dengan segala kemarahanku padamu setia
hari? Aku hanya mencoba tenang dengan semua yang kita jalani. Aku coba
mefokuskan segala urusan sepele menjadi hal yang harus kuhindari untuk
bertengkar denganmu
Apa kamu
tidak sedikitpun merasakan hilangnya aku saat aku tidak pernah mengabarkan
keadaanku sehari ataupun sedetik saja. Atau bahkan waktu yang sedikit lama,
setidknya lima menit? Aku ingin mendapatkan semua itu
Mata merah
mengaca karna rasa cemburu, gemuruh yang
kau tunnjukan karna hilanganya aku tidak meninggalkan sepucuk surat yang
mengabarkan keadaanku baik-baik saja. Tidak pernahhkah kau mencemaskan aku
dalam waktu singkat?
Pikiran apa
yang menggeserku pada otakmu dalam waktu singkat? Sebelakang itukah aku
dipikiranmu, sayang?! Apa aku harus memintamu hanya untuk peduli denganku saja.
Tidak bisakah kamu menyadarinya sendiri dengan rasa sayang dan cinta yang kau
gembor-gemborkan padaku dulu itu. Bahkan untuk lamanya hari ini kamu bahkan
tidak pernah mengungkapkan cinta itu semudah kamu mengatakannya dulu padaku
setiap detik. Mungkinkah kau anggap hal itu terlalu kekanak-kanakan?
Oh Tuhan.
Aku terjebak dengan semua rasa ini. Bisakah Tuhan, sadarkanku dari segala sifat
yang tidak disukai oleh pria ini? Aku hanya ingin menjadi berharga baginya.
Tapi, kenapa rasanya sulit. Mungkin itu terlalu berlebihan permintaanku. Se-ringan
apalagi keinginan yang harus kutunjukkan dan layak kudapat darimu, pria?
Sepertinya
aku harus menyingkirkan dunia nyata ini. Begitu kiranya. Aku harus menjadi
pemeran utama dalam novel-novel yang mengatakan “aku hanya ingin
mencintainya dengan tulus dan idak meminnta balasan apapun darinya. Sebesar
cinta yang tidak pernah mungkin kudapat. Mencintainya tanpa dibalas sudah cukup
bagiku” itukah yang harusnya kusimpan dalam permainan ini!
Sedang apa
seharian ini. Apa kamu pikir sejauh ini keadaanku baik-baik saja. Oh, memang
aku baik-baik aja sayang. Tapi apa kabarmu yang tidak mengabarkanku tentang
keadaanmu? Sialnya aku tidak bisa untuk tidak mencemaskanmu dengan keadaan
seperti ini. Bayanganku hanya menakuti segala hal yang tidak bisa kubayangkan
terjadi padamu. Aku khawatir padamu! Tdak bisakah kamu merasakan semua yang
harusnya menyamakan perasaan kita dalam ikatan CINTA! Shit.. aku embenci diriku
sendiri! Kenapa aku tidak bisa melepaskanmu dengan rasa bebas tanpa aku
dipikiranmu. Aku mulai merasa terobsesi dengan cinnta yang kumiliki.
Sayang,
apakah aku mencintaimu sebelah tangan sejauh ini? Tolong jawab semua yang
tertera dalam tulisan ini. Aku sangat, ya sangat, sangat merindukanmu setiap
hari. Bolehkah aku meminta sesuatu sebelum tulisan ini ku akhiri?
Berpura-puralah
mencintaiku untuk setiap hari. Hanya sekedar membuatku senang dengan balasan
yang kamu beri? Aku tidak berharap! Hanya saja kukatakan, usahalah
membahagiakanku walau sekedar acting. Beri aku pertunjukan terbaikmu, pria
tampanku.
Fiksi
0 comments:
Post a Comment
Komentar