"Aku harap kita
tetap bisa berteman dan tidak ada kebencian satu sama lain"
Sayang,
Menjadikanmu sebagai
teman adalah cara yang paling mudah bagiku. Sangat menyenangkan. Aku sudah
menjadi temanmu sejak beberapa tahun yang lalu. Tapi, adakah kamu menyadari
sesuatu?
Hey, laki-lakiku
kemarin,
Kamu bilang, berharap
agar tidak ada kebencian diantara kita. Tapi, kamu membentuk hal itu sejak awal
kita melepaskan ikatan, sayang.
Apakah aku boleh
mengatakan hal ini padamu setelah luka yang sangat banyak dan membuatku tidak
ternilai?
Sayang, melupakan
sendirian itu tidak semudah yang kamu bayangkan. Aku masih terjepit antara
perasaanku yang tersisa. Nan, dengan mudahnya kamu membuatku membencimu dalam
waktu sepersekian detik.
Kamu boleh telah
mencintai perempuan lain. Tapi, jika aku meminta, kembalilah ke dirimu yang
dulu sejenak. Kamu yang sangat dewasa dan bisa menghargai perasaan orang lain. Mungkin
dengan sikapmu yang sedikit dewasa, aku bisa lebih menerima dan tidak akan
membencimu semudah ini.
Ataukah memang skenario
ini sengaja kamu buat agar dengan mudahnya aku membencimu dan tidak mengusikmu
lagi? Ah, honey, ayolah. Jadi untuk apa basa-basi berkata manis seperti yang
diatas? Tapi, jika memang itu, entahlah. Aku tidak bisa berkata lagi.
Aku hanya bisa
mengucapkan, selamat, namun tanpa do’a. Nikmatilah kekasih barumu.
Jogja, 20 September 2015
0 comments:
Post a Comment
Komentar