Dustbin


Setiap orang punya sampahnya sendiri.

Mungkin secara umum Aku tidak tahu ya, bagaimana setiap orang mengumpulkan sampahnya dan dimana membuangnya secara bersih. Bagi Aku, sampahku letaknya di pikiran, otak. Bisa kan, kalian ngerasain pikiran sumpek. Pasti. Kalau nggak, mungkin hidup kalian sangat banyak piknik.
Aku membuang sampahku  secara bersih dikertas dan di blog ini.

Aku hanya melihat secara garis seniman sebanyak yang aku tahu. Seniman mungkin sampahnya dipikiran dan perasaan. Harusnya memang dua kata kerja itu saling berhubungan. Seniman dengan dunianya, pelukis misalnya. Tong sampah mereka adalah kertas dan kanvas. Atau bisa jadi tembok dan hal-hal yang bisa dicoret-coret. Mereka selalu butuh itu. Tapi, mereka membuang sampahnya tidak pernah sia-sia. Bahkan bisa menjadi penghasilan.

Aku,
Sampah terbaikku adalah Blog ini. Meskipun kadang sosmed dan kertas-kertas bisa jadi sasaran. Entah itu kertas bekas soal ujian, koran, bekas gorengan pun akan jadi sampahku. Yang pasti aku harus membawa bulpoin setidaknya satu kemanapun aku pergi.

Bagi aku, kertas punya nilai dan harga yang sangat tidak ternilai. Meskipun penaku cuma berharga Rp.2000, dan kertas dairy Rp.3000, tapi sekata yang kutulis bisa memberiku seribu pelajaran saat aku membukanya dibeberapa tahun kemudian. Sekata yang aku iris dari cuwilan koran/majalah bisa membuatku tersenyum memotivasi. Kalian tidak akan membelinya, hal itu tidak punya nilai apa-apa. Karna itu semua sampah. Tapi bagi Aku semua itu cerita. Dan, lagi-lagi sampah Aku, berguna. Meskipun tidak membuahkan penghasilan, tapi membuahkan motivasi. setidaknya aku tidak membuang sia-sia sampahku. Karna termasuk ..

Ini sampahku.

Tapi ternyata kalian suka membacanya. Ah makasih. Sampahku tidak sia-sia kan?

0 comments:

Post a Comment

Komentar