Berjalan
ditengah keramaian pemakai toga UIN Sunan kalijaga membuat saya ingin
memakainya juga. Wajah mereka menggambarkan banyak arti diwaktu dua jam
menyelesaikan susunan acara wisuda.
Saat
keluar dari gedung, mereka berhamburan mencari orangtua masing-masing untuk
segera memeluk, bersalaman, foto-foto dengan keluarganya, dan menunggu ditempat
untuk menemui beberapa temannya. Aku pernah merasakan ini semua, merasakan bahagianya
mendapatkan ucapan selamat dan doa yang mereka berikan meski tanpa bunga dan
boneka, juga tidak lupa mendengar mereka memuji berkata “Cantik banget kamu.
Beda banget dari biasanya ...” suatu kebahagiaan dihari bahagia itu memang.
Namun,
ditengah keramaian hari bahagia mereka, aku melewati sebuah tangisan yang lebih
dari tawa. Rangkulan yang lebih dari rasa bangga, dan pelukan berisi doa-doa
yang terkabul. Isakan tangis seorang Ibu dan Bapak melihat anak perempuannya sedang
berbangga memakai toga.
Sang
Ibu merangkul anaknya dengan isakan tangis yang meledak dan mengelus perlahan punggung anaknya dan berkali-kali mengucap
“Alhamdulillah nak.. Ya Allah”. Tangis meledak yang masih tertahan oleh rasa
bangga terhadap anaknya yang telah disarjana. Anak perempuan itu terlihat
berkaca-kaca seraya bingung harus melakukan apa untuk membuat Ibunya tenang. Sang
bapak tidak kuasa menahan diri untuk ikut memeluk anak perempuannya.Tangannya
perlahan terbuka lebar ingin segera memeluk anaknya dengan toga yang masih
menempel dibadannya. Mata merahnya masih kuat tertahan didalam. Ia menyimpan air
matanaya sekuat tenaga untuk tidak menangisi wisuda anaknya hari itu.
Aku
melewati suasana haru itu dalam sekejap mata. Namun perasaanku terbawa hingga
pulang kerumah. Orangtua itu seakan tidak pernah lelah mengutuk anaknya dengan
doa-doa yang terbaik sehingga menjadikan anaknya berhasil meraih sesuatu.
1 comments
Wisudahnya siapa ini yang...
ReplyDeleteKomentar